coneybiber.blogspot.com

Jumat, 30 Desember 2011

askep luka bakar

LUKA BAKAR

1. Defenisi
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan (Sjansuhidajat, 2005)
Luka Bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi, juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah (frost-bite), (Mansjoer, 2000)

2. Etiologi
Luka baker juga dapat diklasifikasikan berdasarkan pada agen penyebab cedera:
·         Termal (cedera terbakar, kontak, dan kobaran api)
·         Listrik
·         Kimia
·         Radiasi
Luas dan kedalaman luka bakar berhubungan dengan intensitas dan durasi dari pemajanan terhadap agen penyebab (Hudak & Gallo, 1996)

3. Patofisiologi
Cedera luka bakar mempengaruhi semua system organ. Besarnya respon patofisiologis ini adalah berkaitan erat dengan luasnya luka bakar dan mencapai masa stabilnya ketika ketika terjadi luka bakar kira-kira 60% dari seluruh luas permukaan tubuh
Dinamik kardiovaskuler terpengaruh secara signifikan karena cedera luka bakar yang dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik



Cedera luka bakar

­ tekanan hidrostatik                                  Kerusakan kapiler                                   Respon stress
kapiler pada cedera                                       
                                                                    ­ permeabilitas kapiler                  ­ epineprin & nor epineprin

                                                        Kehilangan protein & cairan plasma               vasokontriksi selektif
                                                            Ke dalam spasium interstisial

Edema luka                  Hemokonsentrasi                ¯ tekanan osmotic               ­ tahanan perifer
                                                                                                Koloid kapiler

                                                                                                Vaskuler Hp                      ­ after load jantung
                                                                                                Melebihi cop

¯ volume darah                                                                   edema umum
yang bersirkulasi

¯curah jantung

Dari Burgess C: Initial management of a patient with extensive injury, Critical Care Nursing Clinics of North America, 1991  
(Hudak & Gallo, 1996)

4. Klasifikasi Luka Bakar
A. Derajat Luka Bakar
1. Luka bakar derajat Satu
Hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari; misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas setempat
2. Luka bakar derajat dua
Mencapai kedalaman dermis, tetapi masih ada elemen epitel sehat yang tersisa. Elemen epitel tersebut, misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan pangkal rambut. Dengan adanya sel epitel ini, luka dapat sembuh dalam 2-3 minggu. Gejala yang timbul adalah nyeri, gelembung atau bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meninggi
3. Luka bakar derajat tiga
Meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin subkutis, atau organ yang lebih dalam. Tidak ada lagi elemen epitel hidup yang tersisa yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka. Oleh karena itu untuk mencapai kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Kulit tampak pucat abu-abu gelap atau hitam, dengan permukaan lebih rendah dan jaringan sekeliling yang masih sehat. Tidak ada bula dan tidak terasa nyeri.

B. Luas Luka Bakar
Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang dewasa digunakan “rumus 9” atau “rules of nine”, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, tungkai dan kaki kiri, dan genetalia.


C. Keparahan Luka Bakar
Luka bakar dapat berkisar dari lepuh sampai luka bakar massif derajat III. Asosiasi luka bakar Amerika mengembangkan system penggolongan keparahan cedera, yang digunakan untuk menentukan besarnya luka bakar & untuk memberikan criteria yang optimal dari sumber-sumber rumah sakit untuk perawatan pasien
Luka bakar telah dikategorikan menjadi luka bakar minior, sedang & mayor
  1. Luka bakar minor
Adalah cedera dengan ketebalan parsial dengan LPTT lebih kecil dari 15% pada orang dewasa atau LPTT 10% pada anak-anak, atau cedera ketebalan penuh dengan LPTT kurang dari 2 % yang tidak disertai dengan komplikasi apapun
Pasien dengan cedera ini mungkin ditangani diruang gawat darurat rumah sakit dan diikuti dengan berobat jalan, akan tetapi mereka harus diperhatikan setiap 48 jam sampai resiko infeksinya menurun & penyembuhan lukanya sambil berobat jalan
  1. Cedera luka bakar sedang tak terkomplikasi
Cedera luka bakar sedang tak terkomplikasi adalah cedera ketebalan-parsial dengan LPTT dari 15% sampai 25% pada orang dewasa atau LPTT dari 10% sampai 20% pada anak-anak atau cedera ketebalan penuh dengan LPTT kurang dari 10% yang tanpa disertai komplikasi lain. Pasien ini dapat diobati dirumah sakit dengan kondisi rata-rata yang memiliki fasilitas & pegawai yang sesuai
  1. Cedera luka bakar mayor
Cedera luka bakar mayor adalah semua yang berikut ini:
Cedera ketebalan parsial dengan LPTT lebih besar dari 25% pada orang dewasa atau LPTT lebih besar dari 20% pada anak-anak
Cedera ketebalan penuh dengan LPTT 10% atau lebih besar
Luka bakar mengenai tangan, wajah, mata, telinga, kaki dan perineum
Cedera inhalasi
Cedera sengatan listrik
Luka bakar yang berkaitan dengan masalah-masalah ringan, seperti cedera pada jaringan lunak, fraktur, trauma lainnya atau masalah-masalah kesehatan lain yang sudah ada sebelumnya

Pasien dengan cedera-cedera ini harus dirawat di unit luka bakar atau pusat perawatan luka bakar.

5. Komplikasi luka bakar
Komplikasi luka bakar yang potensial dalam fase darurat/resusitasi perawatan luka bakar mencakup:
·         Gagal respirasi yang akut
·         Syok sirkulasi
·         Gagal ginjal akut
·         Sindrom kompartemen
·         Ileus paralitik
·         Ulkus curling

Penatalaksanaan komplikasi:
Gagal nafas akut
·         Pengkajian lebih lanjut terhadap tanda-tanda cedera inhalasi, seperti keparauan suara, stridor, frekuensi dan dalamnya nafas, status mental/hipoksia
·         Meninjau ulang hasil roentgen dan laboratorium (walaupun tampak normal)
·         Observasi tanda-tanda gangguan nafas
·         Kolaborasi pemberian therapy antibiotic
Syok sirkulasi
·         Monitor tanda-tanda awal syok atau kelebihan cairan yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat
·         Meningkatkan jumlah cairan IVFD dan pemantauan status cairan yang ketat

Gagal ginjal akut
·         Memonitor haluaran urin (intake output)
·         Meningkatkan haluaran urin guna membilas tubular rennin
·         Kolaborasi pemeriksaan kadar BUN dan kreatinin

Sindrom kompartemen
·         Menilai status neurovaskuler
·         Mendeteksi gangguan sirkulasi
·         Meninggikan ekstremitas yang sakit

Ileus paralitik
·         Menilai distensi dan bising usus
·         Mengkaji gejala-gejala ileus paralitik
·         Pelaksanaan nutrisi oral

Tukak curling
·         Mempertahankan nilai PH
·         Kolaborasi pengobatan
(Brunnner & Suddarth, 2001)

6.Pemeriksaan Penunjang
  • Hitung darah lengkap: peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan/kehilangan cairan. Selanjutnya menurunkan Ht dan SDM dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap endothelium pembuluh darah
  • SDP: leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka dan respons inflamasi terhadap cedera
  • GDA: dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi. Penurunan PaO2 / eningkatan PaCO2 mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida. Asidosis dapat terjadi sehubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan kehilangan mekanisme kompensasi pernafasan
  • COHbg (Karboksi Hemoglobin): peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan keracunan karbon monoksida/ cedera inhalasi
  • Elektrolit serum: kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan/kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal: hipokalemia dapat terjadi bila mulai diuresis, magnesium mungkin menurun. Natrium pada awal mungkin menurun pada kehilangan air; hiponatremia dapat terjadi selanjutnya saat terjadi konservasi ginjal.
  • Natrium urine random: lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan; kurang dari 10 mEq/L menduga ketidak adekuatan resusitasi cairan.
  • Alkalin fosfat: peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial/gangguan pompa natrium
  • Glukosa serum: peninggian menunjukkan respons stress
  • Albumin serum: rasio albumin/globulin mungkin terbalik sehubungan dengan kehilangan protein pada edema cairan
  • BUN/Kreatinin: peninggian menunjukkan penurunan perfusi/fungsi ginjal: namun kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan
  • Urine: adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan dalam dan kehilangan protein (khususnya terlihat pada luka bakar listrik serius). Warna hitam kemerahan pada urine sehubungan dengan mioglobin. Kultur luka: mungkin diambil untuk data dasar dan diulang secara periodic
  • Foto roentgen dada: dapat tampak normal pada pasca luka bakar dini meskipun dengan cedera inhalasi; namun cedera inhalasi yang sesungguhnya akan ada saat progresif tanpa foto dada (SDPD)
  • Bronkoskopi serat optic: berguna dalam diagnosa luas cedera inhalasi: hasil dapat meliputi edema, perdarahan, dan / atau tukak pada saluran pernafasan atas.
  • Loop aliran volume: memberikan pengkajian non invasive terhadap efek/luasnya cedera inhalasi
  • EKG: tanda iskemia miokardial/distritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik
  • Foto grafi luka bakar: memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.

7. Penatalaksanaan Medis
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala. Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah luka bakar dalam air atau menyiraminya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit.
Pada luka bakar ringan, prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi, dan menutup permukaan luka. Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, kalau perlu, dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala syok.
Perawatan local adalah mengoleskan luka dengan antiseptic dan membiarkannya terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pemmbalut steril untuk perawatan tertutup.

Pemberian cairan intravena
Sebelum infuse diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus ditentukan secara teliti. Kemudian, jumlah cairan infuse yang akan diberikan dihitung. Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan, diantaranya rumus Baxter, yaitu:   % Luka Bakar x BB x 4

Contoh: seorang dewasa dengan berat badan 50 kg dan luka bakar seluas 20% permukaan kulit akan diberikan cairan sebanyak 20 x 50 Kg x 4 ml = 4.000 ml pada hari pertama, dan 2.000 ml pada hari kedua. Pemberian cairan dapat ditambah, jika perlu, umpamanya bila penderita dalam keadaan syok, atau jika diuresis kurang.

Obat-obatan
Antibiotic sistemik spectrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen yang negative pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500 – 3.000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya perlu fisioterapi untuk memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar